Friday 6 June 2014

Peran Amine Biogenic dan Enkephalin pada Regulasi Glukosa Darah Crustacea

        Neurotransmitter seperti 5-HT, DA dan L/M enk memainkan peran penting dalam modulasi hormon dan pada waktu yang sama level dan fungsi mereka dapat dirubah oleh polutan (Lorenzon 2005). 5-HT diketahui sebagai neurotransmitter di crustacea pada beberapa kisaran dan levelnya telah diukur pada sistem saraf dan hemolymph dari berbagai jenis spesies crustacea sehingga menunjukkan peran yang mungkin sebagai neurohormon (Lorenzon 2005).
Pada crustacea 5HT dihubungkan dengan sirkuit terpisah yang mengontrol pergerakan bagian depan, perilaku melarikan diri, tenaga daya penggerak dan agresifitas. Selain itu tingkat 5-HT yang sensitif terhadap tekanan lingkungan.
5-HT telah lama diketahui memiliki potensi efek hyperglycemic pada beberapa spesies udang. 5-HT menaikkan glukosa darah pada Palaemon elegans, Astacus leptodactylus dan Squilla mantis. Namun tidak ada efek ditemukan pada individu yang tidak memiliki eyestalk. Hal Ini menunjukkan keterlibatan hormon CHH eyestalk dalam respon hiperglikemia
. Dalam semua injeksi spesies terhadap ketanserin, antagonis dan CPH (siproheptadin, inhibitor reseptor 5-HT1) mampu menghambat efek hiperglikemia 5-HT.  5-HT1 seperti reseptor tampaknya lebih mungkin terlibat dalam aksi mediasi 5-HT, sebagaimana CPH adalah antagonis yang lebih efektif daripada ketanserin (inhibitor reseptor 5-HT2 dan juga diduga antagonis DA) (Lorenzon 2005).
Penggunaan ELISA pada P. elegans bahwa injeksi 5-HT memicu pelepasan yang cepat dan besar-besaran CHH dari eyestalk ke dalam hemolymph diikuti dengan hiperglikemia. Pada DA Sebaliknya tidak signifikan mempengaruhi pelepasan CHH dan hyperglycemia (Lorenzon 2005.).
DA dan enkephalins menunjukkan hasil yang bertentangan dalam spesies yang berbeda. Injeksi DA menginduksikan penurunan kadar glukosa darah pada P. elegans dan S .Mantis (Lorenzon et al 1999). Di sisi lain injeksi dari bloker reseptor DA menghambat efek pada glukosa darah, ternyata memungkinkan pelepasan CHH. Temuan-temuan ini berbeda  untuk spesies Carcinus maenas, udang windu dan  Macrobrachium malcolmsonii dimana DA menginduksikan hiperglikemia pada hewan utuh (MandongaBoy 2014).
Adapun enkephalin, L/M-Enk menimbulkan respon hipoglikemik pada S. mantis tetapi tidak pada individu eyestalkless (Lorenzon et al. 2004). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang melaporkan bahwa L/M-Enk menginduksi hipoglikemia pada Uca pugilator, C. maenas dan P. clarkii. Di sisi lain L-Enk menginduksi respon hiperglikemia secara utuh tetapi tidak dalam eyestalkless A.leptodactylus (Lorenzon et al. 2004). Observasi ini konsisten dengan penemuan sebelumnya di P. elegans, Oziotelphusa senex senex, kepiting bakau Scylla serrata dan dalam dua udang, Penaeus indicus dan Metapenaeus monocerus. Dalam injeksi S. mantis dari opioid antagonist naloxone membalikkan efek penghambatan pada glukosa darah dari L-Enk ketika A. leptodactylus efek aditif pada hiperglikemia dicatat (Lorenzon 2005).
Semua hasil ini menguatkan pandangan umum bahwa 5-HT, adalah potensi efektor hiperglikemia dan menggunakan pengaruhnya melalui pelepasan CHH dari medula terminalis kompleks kelenjar XO-sinus (MTXOSG), dimediasi oleh modulasi aktivitas elektrik dari sel XO. Sebuah rekonstruksi rinci dari sirkuit saraf pokok mengalami permasalahan akibat dari kurangnya identifikasi yang tepat dari jenis sel neurosecretory, hasil yang berbeda dari bukti/keterangan elektrofisiologi dan ketidaksesuaian terhadap yang seharusnya untuk perbedaan interspesifik.
Akhirnya 5-HT muncul untuk menyediakan mekanisme kontrol utama bagi mobilisasi glukosa sedangkan DA dan L/M-Enk bertindak sebagai modulator plastisitas yang digunakan atau aksi yang bervariasi antar spesies yang saling berkaitan erat.

No comments:

Post a Comment