Kerang
mutiara mempunyai jenis kelamin
terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah individu yang
hermaprodit. Perubahan kelamin (sex reversal) biasanya terjadi pada sejumlah
individu setelah memijah atau pada stadia awal perkembangan gonad. Fenomena sex
reversal juga diamati pada kerang Pinctada maxima, hasilnya menunjukkan
bahwa jenis kelamin kerang ternyata tidak tetap, sejumlah jantan berubah
menjadi betina dan sebaliknya betina bisa menjadi jantan.
Bentuk gonad kerang mutiara tebal-menggembung, pada
kondisi matang penuh gonad menutupi seluruh organ dalam (perut, hati dan yang
lain) kecuali bagian kaki. Secara eksternal sulit untuk membedakan antara gonad
jantan dan betina, utamanya pada stadia awal, keduanya berwarna krem
kekuningan. Tetapi setelah stadia matang penuh, gonad kerang P. maxima jantan
berwarna putih krem, sedang yang betina berwarna kuning tua. Sedangkan gonad
jantan P. fucata berwarna krem pucat keputihan dan betina berwarna krem
kekuningan sampai kuning.
Tingkat kematangan gonad kerang mutiara
dikelompokkan menjadi lima stadia (deskripsi perkembangan gonad ini hanya
didasarkan pada kerang betina) yaitu : Stadia I: Tahap tidak aktif/salin/
istirahat; Stadia II: Perkembangan/ pematangan; Stadia III: Matang (mature);
Stadia IV: Matang penuh/memijah sebagian; Stadia V : Salin (spent). Pada stadia
awal perkembangan gonad, kerang jantan dan betina menunjukkan perkembangan
reproduksi yang sama, oleh karena itu pada stadia II dan III warna gonad krem
pucat. Pada stadia gametogonesis yang lain, gonad jantan dan betina nampak sama
jika diamati secara eksternal (Chellam 1987; CMFRI 1991; Winanto 2004).
Pada berbagai kasus di lapangan, para praktisi (breeder)
sering kali menggunakan induk stadia III dan IV untuk pemijahan. Spesifikasi
induk betina stadia III adalah gonad tersebar merata hampir di seluruh jaringan
organ, biasanya berwarna krem kekuningan. Sebagian besar oocyte berbentuk buah
peer, dengan ukuran 68 x 50 μm, ukuran inti 25 μm. Sedangkan induk Stadia IV
mempunyai ciri-ciri gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten
akan keluar dengan sendirinya atau jika ada sedikit trigger. Oocyte bebas dan
terdapat di seluruh dinding kantong gonad. Hampir semua oocyte berbentuk bulat
dan berinti, dengan ukuran rata-rata 51.7 μm.
Informasi mengenai segala hal mengenai aspek
biologi reproduksi kerang mutiara sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri
budidaya mutiara, khususnya pemahaman terhadap perkembangan gonad dan dinamika
populasinya di alam. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknik
pembenihan dan perbaikan teknik penempatan inti bulat di dalam gonad pada
budidaya mutiara. Hasil pengamatan Winanto et al. (2002) terhadap stadia
kematangan gonad dan musim pemijahan P. maxima di Teluk Hurun, Lampung
dari tahun 1996-2002 menunjukkan, bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan,
namun stadia kematangan gonad penuh (TKG IV) hanya terjadi pada bulan Maret,
Mei dan Agustus sampai Nopember. Gonad dalam masa istirahat (resting phase)
terjadi pada bulan Desember, stadia I dan II terjadi hampir sepanjang tahun.
Selama tujuh tahun pengamatan, dicatat stadia perkembangan gonad tertinggi
hanya sampai TKG II terutama pada bulan April dan Juni. Sedangkan TKG III
terjadi pada bulan Januari-Maret dan Juli-Desember.
Beberapa jenis kerang
mutiara dapat dijumpai matang gonad sepanjang tahun. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa musim pemijahan Pinctada spp terjadi setiap
bulan sepanjang tahun. Musim puncak kematangan gonad identik dengan musim
puncak pemijahan. Pada musim tertentu, induk kerang di alam yang telah dewasa
akan bertelur. Telur-telur tersebut kemudian akan dibuahi oleh sel kelamin
jantan (sperma) dan pembuahan terjadi secara eksternal di dalam air.
Telur yang telah dibuahi akan mengalami perubahan
bentuk, mula-mula terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang
merupakan awal proses pembelahan sel dan akhirnya menjadi multisel. Tahap
berikutnya adalah fase trochophore, dengan bantuan bulu-bulu getar trochophore
dapat berenang-renang dan bergerak berputar-putar. Beberapa jam kemudian
trochophore akan berkembang menjadi veliger atau larva bentuk D, dengan ditandai
tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Larva mulai makan dan tubuhnya telah
ditutupi cangkang tipis.
Perkembangan selanjutnya adalah tumbuh velum, pada
fase ini biasanya sangat sensitif terhadap cahaya dan sering berenang-renang di
permukaan air. Selama stadia planktonis, larva biasanya berenang-renang dengan
menggunakan bulu-bulu getar atau menghanyut dalam arus air. Pada saat mencapai
stadia umbo secara bertahap cangkang juga ikut berkembang. Bentuk sepasang
cangkangnya sama dan mantel sudah berfungsi secara permanen. Pada akhir stadia
umbo, larva bergerak dengan menggunakan velum. Stadia pediveliger ditandai
dengan berkembangnya kaki, gerakan-gerakan sederhana dari berenang sampai
berputar-putar dilakukan dengan velum dan kaki. Setelah
kaki berfungsi dengan baik velum akan menghilang, lembaran-lembaran insang
mulai nampak jelas.
Proses pencarian tempat atau substrat untuk
menempel dan menetap dimulai sejak larva mencapai stadia pediveliger.
Pertumbuhan awal cangkang terlihat pada bagian tepi cangkang, bentuknya sangat
tipis, transparan, tersusun oleh selaput tipis conchiolin. Pada waktu yang sama
kelenjar bisus akan mensekresikan benang-benang bisus untuk menempel. Organ
lain yang berkembang yaitu labial palp dan insang. Stadia pertumbuhan setelah
pediveliger ini biasanya disebut Plantigrade Perkembangan akhir larva yaitu
perubahan stadia plantigrade menjadi spat. Bentuk spat menyerupai kerang
dewasa, mempunyai engsel, auricular depan dan belakang serta terdapat takik
bisus pada bagian anterior. Cangkang sebelah kiri lebih cembung dari pada yang
kanan. Spat-spat bisa menempel pada substrat dengan bantuan benang-benang
bisus. Laju pertumbuhan dari stadia larva sampai spat pada satu tempat dan
tempat yang lain berbeda-beda, tergantung dari faktor lingkungan.
No comments:
Post a Comment