Saturday, 5 July 2014

Pengaturan Sistem Kekebalan Tubuh Ikan Oleh Hormon



Hampir semua jenis ikan dalam melewati tiap tahapan siklus hidupnya maupun dalam interaksi dengan lingkungannya akan dipengaruhi/ terkait dengan perubahan level sirkulasi hormon (levels of circulating hormones). Interaksi antara hormon yang berbeda pada umumnya sangat kompleks, akan tetapi pada banyak kasus, perubahan level hormon berkaitan dengan status imunitas dan kesehatan ikan (MandongaBoy 2014). Efek pengaturan sistem imun oleh hormon lain yang potensial pada ikan belum banyak diteliti. Beberapa hormon yang telah diketahui pengaruhnya terhadap sistem imun yaitu kortisol, hormon pertumbuhan, prolactin, hormon reproduksi, melanotropin dan POMC-derived peptides. 

Kortisol dihasilkan sebagai respon terhadap stress, dengan menaikkan tingkat glukosa dalam darah. Kerja kortisol menghambat sistem kekebalan tubuh dengan menurunkan jumlah limfosit yang beredar dalam tubuh, menghambat pembelahan sel limfosit (proliferation), menurunkan jumlah sel penghasil antibodi dan menghambat produksi antibodi. Kortisol juga menurunkan respon fagositosis dan meningkatkan apoptosis (mekanisme penghancuran sel sendiri) pada sel B.

Hormon pertumbuhan (growth hormone/ GH) pada ikan menunjukkan dapat menstimulasi lymphopoiesis, meningkatkan mitogenesis pada leukosit, aktifitas fagositosis dan sel natural killer. GH juga meningkatkan produksi antibodi dan aktifitas serum haemolytic. GH dapat meningkatkan resistensi Rainbow trout yang diinfeksi bakteri pathogen Vibrio angguilarum secara in vivo.

Pada mamalia, prolactin merangsang perkembangan kelenjar susu dan produksi susu, sedangkan pada ikan berperan dalam proses osmoregulasi. Prolactin memiliki efek yang hampir sama dengan GH pada sistem kekebalan tubuh ikan. Prolactin menunjukkan dapat menstimulasi mitogenesis pada leukosit, respiratory burst activity, aktifitas fagositosis dan juga meningkatkan titer IgM plasma (antibodi).

Hormon reproduksi berupa estradiol dan testosterone ternyata memperlihatkan efek yang berbeda terhadap sistem imunitas. Radiologist dapat meningkatkan aktifitas splenic macrophages, menstimulasi respon antibodi, namun menghambat produksi sel natural killer. Sedangkan testosterone menurunkan jumlah sel penghasil antibodi, menghambat respon antibodi juga mengganggu transformasi limfosit. Pada ikan-ikan salmonid yang sedang matang gonad, menunjukkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh dikarenakan tidak mampu memproduksi isohaemagglutinin dan antibodi.

Pada ikan teleost, melanotropins a-melanocyte stimulating hormon (a-MSH) dan melanin-concentrating hormon (MCH) berperan dalam mengatur warna kulit. Kedua peptide ini dilepaskan dari kelenjar pituitary dan efeknya langsung menuju melanofor (MandongaBoy 2014). a-MSH menyebarkan butir-butir melanin sehingga menyebabkan penggelapan warna kulit sedangkan MCH memiliki efek sebaliknya yaitu mengumpulkan butir-butir melanin dan memicu warna kulit menjadi pucat. Kedua peptide ini juga diketahui terlibat dalam sejumlah fungsi fisiologis pada ikan dan mamalia termasuk diantaranya pada pengaturan hypathalamo-pituitary-adrenal (HPA) axis, aktifitas makan, respon terhadap rangsangan pendengaran, osmoregulasi dan berbagai perilaku lainnya. Pada sistem imun, a-MSH menstimulasi aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity dengan meningkatkan produksi superoksida. a-MSH juga mempunyai efek pada mitogenesis, dimana efek yang ditimbulkan tergantung pada konsentrasi peptide ini dalam tubuh. Pada konsentrasi rendah, a-MSH menghambat proses mitogenesis sebaliknya pada konsentrasi tinggi menstimulasi proses mitogenesis (MandongaBoy 2014). MCH menstimulasi pembelahan sel leukosit, serta meningkatkan aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity. Ikan yang dipelihara di wadah yang gelap menunjukkan lebih tahan terhadap penyakit infeksi dibandingkan dengan ikan yang dipelihara di wadah yang terang. Pada ikan yang terinfeksi furunkulosis, memperlihatkan peningkatan titer a-MSH plasma.

Pembelahan molekul precursor POMC menyebabkan peningkatan sejumlah peptide bioaktif yang mencakup tidak hanya a-MSH tetapi juga b- dan g-MSH, b-endorphin dan ACTH. b-endorphin meningkatkan aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity. Efek yang sama juga diperlihatkan oleh ACTH, akan tetapi selain dapat meningkatkan aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity, ACTH juga menyebabkan penurunan jumlah leukosit yang beredar dalam darah dan menghambat mitogenesis limfosit (Harris dan Bird 2000).

No comments:

Post a Comment