Hampir semua jenis ikan dalam melewati
tiap tahapan siklus hidupnya maupun dalam interaksi dengan lingkungannya akan
dipengaruhi/ terkait dengan perubahan level sirkulasi hormon (levels of circulating hormones). Interaksi antara hormon
yang berbeda pada umumnya sangat kompleks, akan tetapi pada banyak kasus,
perubahan level hormon berkaitan dengan status imunitas dan kesehatan ikan (MandongaBoy 2014). Efek pengaturan sistem
imun oleh hormon lain yang potensial pada ikan belum banyak diteliti. Beberapa
hormon yang telah diketahui pengaruhnya terhadap sistem imun yaitu kortisol,
hormon pertumbuhan, prolactin, hormon reproduksi, melanotropin dan POMC-derived
peptides.
Kortisol
dihasilkan sebagai respon terhadap stress, dengan menaikkan tingkat glukosa
dalam darah. Kerja kortisol menghambat sistem kekebalan tubuh dengan menurunkan
jumlah limfosit yang beredar dalam tubuh, menghambat pembelahan sel limfosit
(proliferation), menurunkan jumlah sel penghasil antibodi dan menghambat
produksi antibodi. Kortisol juga menurunkan respon fagositosis dan meningkatkan
apoptosis (mekanisme penghancuran sel sendiri) pada sel B.
Hormon
pertumbuhan (growth hormone/ GH) pada ikan menunjukkan dapat menstimulasi
lymphopoiesis, meningkatkan mitogenesis pada leukosit, aktifitas fagositosis
dan sel natural killer. GH juga
meningkatkan produksi antibodi dan aktifitas serum haemolytic. GH dapat
meningkatkan resistensi Rainbow trout yang diinfeksi bakteri pathogen Vibrio
angguilarum secara in vivo.
Pada mamalia, prolactin merangsang perkembangan kelenjar
susu dan produksi susu, sedangkan pada ikan berperan dalam proses osmoregulasi.
Prolactin
memiliki efek yang hampir sama dengan GH pada sistem kekebalan tubuh ikan.
Prolactin menunjukkan dapat menstimulasi mitogenesis pada leukosit, respiratory
burst activity, aktifitas fagositosis dan juga meningkatkan titer IgM plasma
(antibodi).
Hormon reproduksi berupa estradiol dan
testosterone ternyata memperlihatkan efek yang berbeda terhadap sistem
imunitas. Radiologist dapat meningkatkan aktifitas splenic macrophages,
menstimulasi respon antibodi, namun menghambat produksi sel natural killer.
Sedangkan testosterone menurunkan jumlah sel penghasil antibodi, menghambat
respon antibodi juga mengganggu transformasi limfosit. Pada ikan-ikan salmonid
yang sedang matang gonad, menunjukkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh
dikarenakan tidak mampu memproduksi isohaemagglutinin dan antibodi.
Pada
ikan teleost, melanotropins a-melanocyte stimulating hormon (a-MSH) dan
melanin-concentrating hormon (MCH) berperan dalam mengatur warna kulit. Kedua
peptide ini dilepaskan dari kelenjar pituitary dan efeknya langsung menuju
melanofor (MandongaBoy 2014). a-MSH menyebarkan butir-butir melanin sehingga
menyebabkan penggelapan warna kulit sedangkan MCH memiliki efek sebaliknya
yaitu mengumpulkan butir-butir melanin dan memicu warna kulit menjadi pucat.
Kedua peptide ini juga diketahui terlibat dalam sejumlah fungsi fisiologis pada
ikan dan mamalia termasuk diantaranya pada pengaturan hypathalamo-pituitary-adrenal
(HPA) axis, aktifitas makan, respon terhadap rangsangan pendengaran,
osmoregulasi dan berbagai perilaku lainnya. Pada sistem imun, a-MSH menstimulasi aktifitas fagositosis dan
respiratory burst activity dengan meningkatkan produksi superoksida. a-MSH juga
mempunyai efek pada mitogenesis, dimana efek yang ditimbulkan tergantung pada
konsentrasi peptide ini dalam tubuh. Pada konsentrasi rendah, a-MSH menghambat
proses mitogenesis sebaliknya pada konsentrasi tinggi menstimulasi proses
mitogenesis (MandongaBoy 2014). MCH menstimulasi pembelahan sel leukosit, serta
meningkatkan aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity. Ikan yang
dipelihara di wadah yang gelap menunjukkan lebih tahan terhadap penyakit
infeksi dibandingkan dengan ikan yang dipelihara di wadah yang terang. Pada
ikan yang terinfeksi furunkulosis, memperlihatkan peningkatan titer a-MSH
plasma.
Pembelahan
molekul precursor POMC menyebabkan peningkatan sejumlah peptide bioaktif yang
mencakup tidak hanya a-MSH tetapi juga b- dan g-MSH, b-endorphin dan ACTH. b-endorphin
meningkatkan aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity. Efek yang
sama juga diperlihatkan oleh ACTH, akan tetapi selain dapat meningkatkan
aktifitas fagositosis dan respiratory burst activity, ACTH juga menyebabkan
penurunan jumlah leukosit yang beredar dalam darah dan menghambat mitogenesis
limfosit (Harris dan Bird 2000).
No comments:
Post a Comment