Kappa karagenan
Kappa
karagenan tersusun dari ikatan 1,3
D-galaktosa-4 sulfat. Rasio D galaktosa, 3,6 anhidro-D-galaktosa dan gugus
ester sulfat adalah 5 : 6 : 7 (Towle 1973). Secara teoritis kandungan 3,6
anhidro-D-galaktosa pada karagenan adalah 35 % (Moirano 1977). Kappa karagenan
mengandung lebih dari 34 % 3,6-anhidro-D-galaktosa dan 25 % ester sulfat
(Anonim 1977).
Kappa karagenan jika dimasukkan ke
dalam air dingin akan membesar membentuk sebaran kasar yang memerlukan
pemanasan sampai 70oC untuk melarutkannya. Suhu pembentukan gel dan
kualitas gel dipengaruhi oleh konsentrasi, jumlah dan adanya ion-ion logam
seperti K+, NH4+, Ca++, Sr++
dan Ba++. Secara umum karagenan membentuk gel yang keras pada suhu
antara 45oC dan 65oC dan meleleh kembali jika suhu
dinaikkan sampai 10 – 20oC dari suhu yang telah ditetapkan tadi. Gel
yang lebih lemah terbentuk jika terdapat ion NH4+, Ca++,
Sr++ dan Ba++. Kappa karagenan mempunyai tipe gel yang rigid
atau mudah pecah dicirikan dengan tingginya sineresis, yaitu adanya aliran
cairan pada permukaan gel. Aliran ini berasal dari pengerutan gel sebagai
akibat meningkatnya gumpalan pada daerah penghubung. Sineresis tergantung pada konsentrasi
kation-kation yang ada dan harus dicegah dalam jumlah yang berlebih (Anonim
1977). Gel yang terbentuk dari kappa
karagenan berwarna agak gelap dan mempunyai tekstur mudah retak (Fardiaz
1989).
Struktur molekul kappa dan iota karagenan |
Iota karagenan
Iota
karagenan diisolasi dari Eucheuma
spinosum mengandung kira-kira 30 % 3,6 anhidro-D-galaktosa dan 32 % ester
sulfat. Iota mempunyai gel yang bersifat elastis, bebas sineresis dan reversible
(Anonim 1977). Gel yang terbentuk berwarna lebih jernih dibandingkan jenis
kappa karagenan dan mempunyai tekstur empuk dan elastis (Fardiaz 1989). Molekul
iota karagenan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu
D-galaktosa dan gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan
3,6-anhidro-D-galaktosa (MandongaBoy 2014).
Iota karagenan mempunyai sifat larut
dalam air dingin dan larutan garam natrium. Di dalam larutan garam kation lain
seperti K+ dan Ca2+ tidak dapat larut dan
hanya menunjukkan pengembangan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jenis dan konsentrasi kation, densitas karagenan, suhu, pH, adanya ion penghambat
dan yang lainnya. Larutan iota karagenan
stabil pada lingkungan elektrolit kuat seperti NaCl 20 – 25 % (Angka dan
Suhartono 2000).
Iota karagenan dapat bercampur dengan
pelarut polar seperti alkohol, propilen glikol dan gliserin, tetapi tidak dapat
bercampur dengan pelarut organik (non-polar). Viskositasnya bergantung pada
konsentrasi dan akan menurun dengan meningkatnya suhu. Perubahan tersebut
bersifat reversible, dimana penurunan suhu dapat meningkatkan
viskositas. Viskositas larutan karagenan tidak dipengaruhi oleh kation
monovalen, sedangkan kation divalen cenderung menurunkan viskositas pada
konsentrasi tinggi dan meningkatkan viskositas pada konsentrasi rendah. Seperti
yang tercantum diatas bahwa larutan iota
karagenan bersifat reversible, artinya bila larutan dipanaskan
kembali maka gel akan kembali mencair (Angka dan Suhartono 2000).
No comments:
Post a Comment