Sistem reproduksi Ordo Malacostraca secara anatomi
terpusat pada cephalothorax. Untuk suku Caenobitidae dan Paguraidae khususnya,
memiliki sepasang testis dan sepasang ovarium berada pada abdomennya (Rafiani
2005). Kematangan gonad ketam kelapa (Birgus
latro) pada umumnya mencapai panjang karapas kurang lebih 5 cm (Whitten
et al. 1987). Perkawinan ketam kelapa berlangsung di darat. Telur yang telah
dibuahi terletak pada bagian bawah perut atau menempel pada pleopod. Limbong
(1983) mencatat bahwa telur yang dimiliki oleh seekor induk berjumlah ribuan.
Hampir semua ketam kelapa harus mencari air untuk perkembangan larvanya. Ketam
kelapa betina melepaskan telurnya ke laut pada saat pasang tertinggi dan selanjutnya
telur menetas.
Ketam
kelapa melakukan aktivitas
reproduksinya yang ditandai oleh adanya ovigerous pada tubuh. Secara geografis
seluruh area tampaknya terjadi musiman, berlangsung pada musim panas baik di
belahan bumi utara maupun selatan. Menurut Brown dan Fielder (1991), pada
musim panas biasanya ketam kelapa betina hanya satu kali dalam setahun
meletakkan telurnya di negara belahan bumi utara dan selatan. Hasil pengamatan
terhadap ketam kelapa di kepulauan Eniwetok menunjukkan betina ovigerous
terjadi pada bulan april (pertengahan musim semi) sampai dengan Agustus (akhir
musim panas).
Di daerah sub tropis di belahan bumi selatan ketam
kelapa betina paling sedikit aktif bereproduksi selama lebih kurang 9 bulan,
setiap tahun adalah dari akhir September atau awal Oktober sampai dengan awal
Juni pada tahun berikutnya. Sebaliknya di daerah tropik belahan bumi utara dan
selatan aktifitasnya tidak bergantung musim, tetapi terjadi sepanjang tahun
berdasarkan data yang didapat dari kepulauan Christmas dan Vanuatu (Brown dan
Fielder 1991).
Ketam kelapa betina apabila menetaskan telurnya
akan bermigrasi dari daratan ke tepi laut, untuk melepaskan telur-telurnya
tanpa ketam jantan. Hal ini berbeda dengan ketam darat lainnya, seperti Gecarcoidea
natalis yang bila migrasi selalu diikuti oleh ketam jantan (Brown dan
Fielder 1991). Hanya ketam kelapa betina yang berpartisipasi dalam reproduksi
migrasi (Borradaile 1900).
Di Vanuatu, ketam kelapa akan berada di daerah
pantai selama 5-6 minggu (1 bulan) dan biasanya akan kembali ke daratan 4-10
hari setelah melepaskan telur-telurnya. Ketam ini biasanya berkumpul dalam
kelompok di sepanjang pantai dan kembali ke darat juga dalam kelompoknya yang
kemudian akan berpisah (menyebar) setelah sampai di darat. Migrasi ketam kelapa
menuju ke laut dan kembali ke daratan terjadi berdasarkan ritmik dari gelombang
dan periodisitas yang sama dari proses penetasan dan pelepasan telur (Brown dan
Fielder ,1991).
Helfman (1977) telah melakukan pengamatan terhadap
dua ketam kelapa yang melakukan kopulasi di darat. Tidak seperti coenabitidae
yang lain, kopulasi pada ketam kelapa berlangsung singkat (sekitar 3 menit)
dengan sedikit aktifitas tingkah laku pre dan pasca kopulasi. Ketam kelapa jantan akan memegang
cheliped betina dengan capitnya dan berjalan ke depan sampai punggung
ketam/kepiting betina berada dibawah, kaki-kaki mereka bersilang dan abdomen
memanjang ke balik badan mereka dengan abdomen betina memutar diatas abdomen
jantan. Ketam jantan menggunakan coxea yang dimodifikasi dari pasangan kaki
kelima periopod untuk mentransfer masa spermatofora ke dan sekitar oviduct
betina yang terbuka pada bagian dasar pasangan kaki ketiga periopod (M’Boy
2014).
Untuk inkubasi telur, pada bagian luar di bawah
abdomen betina memiliki membran seperti spons yang memberikan perlindungan dari
lingkungan yang rentan terhadap penggenangan air baik tawar atau asin. Telur
yang sedang berkembang ini terlindung dari perubahan jangka pendek akibat
pengaruh eksternal ion-ion anorganik dan air akibat dari paparnya telur dengan
air tawar atau laut. Ketika telur semakin matang, membran yang melindungi telur
mulai memecah, membuat telur rentan terhadap tekanan osmotik dan ionik jika
terpapar dengan air tawar. Pada telur yang telah matang sebagian besar membran
telur telah pecah telur bertindak sebagai osmometer akan segera menetas kontak
dengan air tawar ataupun air laut (Brown dan Fielder 1991).
Proses vitelogenesis, inkubasi dan pengeluaran
telur membutuhkan jalan masuknya air dan ion anorganik. Crustacea teresterial,
seperti B. latro dan Gecarcoidea natalis, tidak mudah mendatangi
air asin dari habitat normal mereka, harus bermigrasi ke daerah pantai untuk
mendapatkan air asin sebelum melepaskan telurnya. Jejak ketam kelapa di daerah
pantai dapat ditemukan selama masa inkubasi sampai menemukan daerah yang cocok
untuk tempat tinggalnya. Untuk memperkecil dehidrasi dari massa telur, betina
ovigerous memerlukan perlindungan terhadap kelembapan tinggi, minimal terbuka
untuk dikeringkan dengan angin dan membatasi cahaya matahari (M’Boy 2014). Hal
ini kontras dengan kepiting darat lainnya Cardisoma guanhumi, dengan
yang bermigrasi ke pantai hanya untuk melepaskan telurnya, kemudian segera
kembali ke darat. Air dibutuhkan selama vitelogenesis dan inkubasi telur,
tersedia dari habitat “normal” ketam kelapa, dan kalau perlu membangun tempat
berlindung sementara selama berada di lingkungan pantai.
No comments:
Post a Comment