Monday 1 September 2014

Reproduksi Ketam Kelapa (Birgus latro)

Sistem reproduksi Ordo Malacostraca secara anatomi terpusat pada cephalothorax. Untuk suku Caenobitidae dan Paguraidae khususnya, memiliki sepasang testis dan sepasang ovarium berada pada abdomennya (Rafiani 2005). Kematangan gonad ketam kelapa (Birgus latro) pada umumnya mencapai panjang karapas kurang lebih 5 cm (Whitten et al. 1987). Perkawinan ketam kelapa berlangsung di darat. Telur yang telah dibuahi terletak pada bagian bawah perut atau menempel pada pleopod. Limbong (1983) mencatat bahwa telur yang dimiliki oleh seekor induk berjumlah ribuan. Hampir semua ketam kelapa harus mencari air untuk perkembangan larvanya. Ketam kelapa betina melepaskan telurnya ke laut pada saat pasang tertinggi dan selanjutnya telur menetas.

Ketam kelapa melakukan aktivitas reproduksinya yang ditandai oleh adanya ovigerous pada tubuh. Secara geografis seluruh area tampaknya terjadi musiman, berlangsung pada musim panas baik di belahan bumi utara maupun selatan. Menurut Brown dan Fielder  (1991), pada musim panas biasanya ketam kelapa betina hanya satu kali dalam setahun meletakkan telurnya di negara belahan bumi utara dan selatan. Hasil pengamatan terhadap ketam kelapa di kepulauan Eniwetok menunjukkan betina ovigerous terjadi pada bulan april (pertengahan musim semi) sampai dengan Agustus (akhir musim panas).

Di daerah sub tropis di belahan bumi selatan ketam kelapa betina paling sedikit aktif bereproduksi selama lebih kurang 9 bulan, setiap tahun adalah dari akhir September atau awal Oktober sampai dengan awal Juni pada tahun berikutnya. Sebaliknya di daerah tropik belahan bumi utara dan selatan aktifitasnya tidak bergantung musim, tetapi terjadi sepanjang tahun berdasarkan data yang didapat dari kepulauan Christmas dan Vanuatu (Brown dan Fielder 1991).

Ketam kelapa betina apabila menetaskan telurnya akan bermigrasi dari daratan ke tepi laut, untuk melepaskan telur-telurnya tanpa ketam jantan. Hal ini berbeda dengan ketam darat lainnya, seperti Gecarcoidea natalis yang bila migrasi selalu diikuti oleh ketam jantan (Brown dan Fielder 1991). Hanya ketam kelapa betina yang berpartisipasi dalam reproduksi migrasi (Borradaile 1900).

Di Vanuatu, ketam kelapa akan berada di daerah pantai selama 5-6 minggu (1 bulan) dan biasanya akan kembali ke daratan 4-10 hari setelah melepaskan telur-telurnya. Ketam ini biasanya berkumpul dalam kelompok di sepanjang pantai dan kembali ke darat juga dalam kelompoknya yang kemudian akan berpisah (menyebar) setelah sampai di darat. Migrasi ketam kelapa menuju ke laut dan kembali ke daratan terjadi berdasarkan ritmik dari gelombang dan periodisitas yang sama dari proses penetasan dan pelepasan telur (Brown dan Fielder ,1991).

Helfman (1977) telah melakukan pengamatan terhadap dua ketam kelapa yang melakukan kopulasi di darat. Tidak seperti coenabitidae yang lain, kopulasi pada ketam kelapa berlangsung singkat (sekitar 3 menit) dengan sedikit aktifitas tingkah laku pre dan pasca kopulasi. Ketam kelapa jantan akan memegang cheliped betina dengan capitnya dan berjalan ke depan sampai punggung ketam/kepiting betina berada dibawah, kaki-kaki mereka bersilang dan abdomen memanjang ke balik badan mereka dengan abdomen betina memutar diatas abdomen jantan. Ketam jantan menggunakan coxea yang dimodifikasi dari pasangan kaki kelima periopod untuk mentransfer masa spermatofora ke dan sekitar oviduct betina yang terbuka pada bagian dasar pasangan kaki ketiga periopod (M’Boy 2014).

Untuk inkubasi telur, pada bagian luar di bawah abdomen betina memiliki membran seperti spons yang memberikan perlindungan dari lingkungan yang rentan terhadap penggenangan air baik tawar atau asin. Telur yang sedang berkembang ini terlindung dari perubahan jangka pendek akibat pengaruh eksternal ion-ion anorganik dan air akibat dari paparnya telur dengan air tawar atau laut. Ketika telur semakin matang, membran yang melindungi telur mulai memecah, membuat telur rentan terhadap tekanan osmotik dan ionik jika terpapar dengan air tawar. Pada telur yang telah matang sebagian besar membran telur telah pecah telur bertindak sebagai osmometer akan segera menetas kontak dengan air tawar ataupun air laut (Brown dan Fielder 1991).

Proses vitelogenesis, inkubasi dan pengeluaran telur membutuhkan jalan masuknya air dan ion anorganik. Crustacea teresterial, seperti B. latro dan Gecarcoidea natalis, tidak mudah mendatangi air asin dari habitat normal mereka, harus bermigrasi ke daerah pantai untuk mendapatkan air asin sebelum melepaskan telurnya. Jejak ketam kelapa di daerah pantai dapat ditemukan selama masa inkubasi sampai menemukan daerah yang cocok untuk tempat tinggalnya. Untuk memperkecil dehidrasi dari massa telur, betina ovigerous memerlukan perlindungan terhadap kelembapan tinggi, minimal terbuka untuk dikeringkan dengan angin dan membatasi cahaya matahari (M’Boy 2014). Hal ini kontras dengan kepiting darat lainnya Cardisoma guanhumi, dengan yang bermigrasi ke pantai hanya untuk melepaskan telurnya, kemudian segera kembali ke darat. Air dibutuhkan selama vitelogenesis dan inkubasi telur, tersedia dari habitat “normal” ketam kelapa, dan kalau perlu membangun tempat berlindung sementara selama berada di lingkungan pantai.

No comments:

Post a Comment