Rumput laut merupakan
salah satu komoditi perikanan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat
khususnya di wilayah pesisir, dan merupakan salah satu komoditas budidaya laut
yang dapat diandalkan, karena mudah dibudidayakan, infestasi yang relatif kecil
dan mempunyai prospek pasar yang baik serta dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat pesisir.
Gambar 1. Rumput laut hasil budidaya
Akan tetapi usaha
budidaya rumput laut terkendala
oleh
wabah penyakit yang dikenal dengan istilah ice-ice
atau putih-putih yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Filipina. Penyakit
ice-ice tersebut menyebabkan batang/talus utama memutih dan akhirnya
membusuk sehingga pertumbuhan rumput laut yang dibudidaya menjadi terhambat
bahkan mati yang berpengaruh pada penurunan produksi.
Gambar 2.
Rumput laut yang terserang penyakit ice-ice
Gejala yang
terlihat adalah pertumbuhan yang lambat, timbulnya bintik atau bercak-bercak
pada bagian talus, terjadi
perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang menjadi putih, kemudian talus menjadi putih dan membusuk. Kejadian
penyakit ice-ice bersifat musiman dan menular (Ditjenkanbud, 2005). Penyakit
ini timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut. Largo et al. (1995) menemukan bakteri Vibrio
sp. dan Cytophage sp. pada rumput laut yang terserang ice-ice, sedangkan Nurjanna (2008)
menemukan empat jenis bakteri pada rumput laut yang terinfeksi ice-ice (Chromobacterium, Acinobacter, Flavocytofaga, Vibrio). Hasil penelitian Largo et
al. (1999) menunjukkan bahwa penyebab utama penyakit ice-ice adalah Vibrio sp.
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Aris (2011) menunjukkan bahwa jenis
vibrio yang menyebabkan penyakit ice-ice
pada rumput laut adalah Vibrio
alginolyticus.
No comments:
Post a Comment