Kawasan terumbu
karang mempunyai struktur habitat yang kompleks dan ini menyediakan banyak
ruang sebagai tempat perlindungan bagi berbagai spesies ikan (Connell 1978).
Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh kompleksitas habitat
terhadap populasi ikan terumbu karang, namun hasil yang didapat berbeda-beda
dari beberapa kajian yang dilakukan (Chabanet et al. 1997; Gratwicke and Speight 2005).
Kajian utama
yang dilakukan adalah melihat pengaruh penutupan karang hidup terhadap populasi
ikan karang. Banyak peneliti mendapatkan bahwa tutupan karang hidup mempunyai
pengaruh positif terhadap keanekaragaman spesies dan kelimpahan individu ikan
karang (Carpenter et al. 1982;
Chabanet et al. 1997).
Penelitian juga dilakukan untuk melihat dampak penutupan karang hidup terhadap
beberapa suku tertentu, terutama dengan Suku Chaetodontidae, yang dijadikan
sebagai bioindikator untuk suatu kawasan karang (Reese 1981). Ini karena suku
ini adalah organisme pemakan karang (corallivorous) dan diketahui
mempunyai korelasi yang positif dengan penutupan karang hidup (Bouchon-Navaro
and Bouchon 1989), dan jika kawasan perairan karang terganggu, akan berdampak
langsung kepada suku ini dan seterusnya akan mengurangi kelimpahan individu
(Sano et al. 1987).
Keberadaan ikan
karang pada suatu daerah terumbu karang secara langsung dipengaruhi oleh
kesehatan terumbu atau persentase penutupan karang hidup yang berhubungan
dengan ketersediaan makanan, tempat berlindung dan tempat memijah bagi ikan
(Sukarno et al. 1983).
Distribusi dan kelimpahan komunitas ikan karang sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor biologi dan fisik seperti gelombang, beban sedimen, kedalaman
perairan serta kompleksitas topografi (rugosity) dari substrat terumbu
karang (Sano et al. 1984,
Galzin et al. 1994,
Chabanet et al. 1997).
Secara ekologi,
perkembangan ikan karang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu (1) mobilitas
dan ukuran ikan, yaitu ikan karang umumnya relatif tidak berpindah-pindah (sedentary)
dan berukuran relatif kecil; (2) aksesibilitas (habitat yang mudah dicapai),
yaitu perairannya relatif dangkal, berada di lingkungan yang hangat dan jernih
dibandingkan dengan perairan yang lain; (3) skala pemanfaatan ruang/habitat,
yaitu ikan karang baik larva maupun dewasanya hidup di perairan yang relatif
dangkal, dekat dengan substrat yang solid dan dekat dengan daratan, siklus
hidup ikan karang umumnya telah diketahui dan banyak diantaranya hidup hanya
beberapa tahun walaupun beberapa ada yang bisa berumur panjang (Suharti 2005).
Namun demikian,
terdapat juga kajian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
kompleksitas habitat dengan populasi ikan karang (Luckhurst dan
Luckhurst 1978; McManus et al.
1982). Risk (1972), Luckhurst dan Luckhurst (1978) juga mendapati tidak
terdapat adanya korelasi yang signifikan antara komunitas ikan karang dan keanekaragaman
habitat dan spesies karang. Luckhurst dan Luckhurst (1978) juga menunjukkan
tidak terdapat korelasi antara kondisi karang hidup dan kelimpahan ikan yang
hidup dan bersembunyi di kawasan terumbu karang. Chabanet et al. (1997) juga menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelimpahan individu ikan
karnivora dan ikan pemakan plankton dengan kompleksitas habitat.
Beberapa faktor
yang menyebabkan hasil yang berbeda untuk hubungan antara populasi ikan karang
dan habitatnya adalah penggunaan kumpulan taksonomi dan kumpulan ikan yang
berbeda serta keragaman metode yang digunakan (M'Boy 2014). Selain itu,
hubungan antara populasi ikan dan substrat juga berbeda diantara habitat dan
kawasan karang serta kawasan biogeografi yang berlainan (Chabanet et al. 1997; Gratwicke dan
Speight 2005).
No comments:
Post a Comment