Tuesday, 23 September 2014

Mengenal Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus)




Kerapu sunu atau kerapu merah (Plectropomus leopardus) merupakan komoditas ekspor yang harganya cukup tinggi. Dua jenis kerapu sunu yang bernilai tinggi dan terdapat di Indonesia yaitu P. leopardus (leopard corral trout) dan P. maculatus (barred cheek corral trout). Spesies kerapu dari genus Plectropomus yang dapat dibudidayakan dan memiliki nilai jual cukup tinggi adalah ikan kerapu sunu atau kerapu merah (Plectropomus leopardus). Harga jenis P. leopardus hidup mencapai sekitar US$ 30-50/kg pada tahun 2010. Jenis P. leopardus banyak dibudidayakan karena pertumbuhannya lebih cepat dari jenis ikan kerapu lainnya, benihnya mudah diperoleh dari alam (penangkapan) dan teknik pemijahan telah dikembangkan.


Ikan kerapu hidup pada perairan tropis dan sub tropis di ekosistem terumbu karang, perairan berlumpur, dan hutan bakau termasuk dalam family Serranidae. Di dunia internasional, kerapu dikenal dengan nama grouper, trout, rock-cod, hinds, sea basses dan coral reef fish. Terdapat 15 genus dan mencakup 159 spesies (Heemstra & Randal 2005; Tucker 1999). Genus Cromileptes, Plectropomus dan Epinephelus merupakan 3 genus komersial yang telah berhasil dibudidayakan (Kordi 2001; Ahmad 2002). Tersebar luas di Pasifik barat mulai Jepang bagian selatan sampai pulau Guam, Kaledonia Baru, Kepulauan Australia bagian selatan serta laut India bagian timur. Di Indonesia banyak ditemukan di wilayah Perairan Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (Heemstra dan Randall 2005).




Beberapa jenis kerapu telah diidentifikasi berdasarkan pada morfologi yang berbeda-beda tiap jenisnya termasuk bentuk tubuh, ukuran sirip, bentuk kepala, jumlah jari-jari sirip, gurat sisik, dan gill raker. Beberapa jenis kerapu dewasa dengan ukuran besar pola pewarnaan cukup untuk membedakan spesies tertentu. Spesies yang hidup di perairan dalam memiliki pola pewarnaan lebih kemerahan dibanding spesies yang tertangkap di perairan dangkal. Jenis kerapu yang bisa diidentifikasi diantaranya kerapu sunu yaitu, badan ikan memanjang tegap, kepala dan badan serta bagian tengah dari sirip berwarna abu-abu kehijau-hijauan, cokelat, merah, atau jingga kemerahan dengan bintik-bintik biru yang berwarna gelap pada pinggirnya. Bintik-bintik pada kepala dan bagian depan badan sebesar diameter bola matanya atau lebih besar (M'Boy 2014). Ujung sirip ekor ikan kerapu sunu berbentuk rata, dan pada ujung sirip tersebut terdapat garis putih adapun pada sirip punggung terdapat duri sebanyak 7-8 buah. Laju pertumbuhan kerapu sunu bervariasi menurut kelas umurnya. Pada stadia awal perkembangannya, laju pertumbuhan ikan kerapu sunu berlangsung cepat, yaitu 0.81 mm/hari dalam waktu 6 bulan sudah mencapai ukuran panjang total 14 cm. Pada stadia larva ikan ini termasuk pemakan plankton perubahan sifat menjadi karnivora terjadi sejak mencapai stadia juwana. Menjelang dewasa ikan ini tergolong jenis ikan predator yang memangsa ikan-ikan kecil, udang, dan cumi-cumi (M'Boy 2014).

Sunday, 7 September 2014

Siklus Hidup dan Reproduksi Kerang Mutiara (Pinctada maxima)

Kerang mutiara mempunyai jenis kelamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus tertentu ditemukan sejumlah individu yang hermaprodit. Perubahan kelamin (sex reversal) biasanya terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada stadia awal perkembangan gonad. Fenomena sex reversal juga diamati pada kerang Pinctada maxima, hasilnya menunjukkan bahwa jenis kelamin kerang ternyata tidak tetap, sejumlah jantan berubah menjadi betina dan sebaliknya betina bisa menjadi jantan.

Bentuk gonad kerang mutiara tebal-menggembung, pada kondisi matang penuh gonad menutupi seluruh organ dalam (perut, hati dan yang lain) kecuali bagian kaki. Secara eksternal sulit untuk membedakan antara gonad jantan dan betina, utamanya pada stadia awal, keduanya berwarna krem kekuningan. Tetapi setelah stadia matang penuh, gonad kerang P. maxima jantan berwarna putih krem, sedang yang betina berwarna kuning tua. Sedangkan gonad jantan P. fucata berwarna krem pucat keputihan dan betina berwarna krem kekuningan sampai kuning.

Tingkat kematangan gonad kerang mutiara dikelompokkan menjadi lima stadia (deskripsi perkembangan gonad ini hanya didasarkan pada kerang betina) yaitu : Stadia I: Tahap tidak aktif/salin/ istirahat; Stadia II: Perkembangan/ pematangan; Stadia III: Matang (mature); Stadia IV: Matang penuh/memijah sebagian; Stadia V : Salin (spent). Pada stadia awal perkembangan gonad, kerang jantan dan betina menunjukkan perkembangan reproduksi yang sama, oleh karena itu pada stadia II dan III warna gonad krem pucat. Pada stadia gametogonesis yang lain, gonad jantan dan betina nampak sama jika diamati secara eksternal (Chellam 1987; CMFRI 1991; Winanto 2004).

Pada berbagai kasus di lapangan, para praktisi (breeder) sering kali menggunakan induk stadia III dan IV untuk pemijahan. Spesifikasi induk betina stadia III adalah gonad tersebar merata hampir di seluruh jaringan organ, biasanya berwarna krem kekuningan. Sebagian besar oocyte berbentuk buah peer, dengan ukuran 68 x 50 μm, ukuran inti 25 μm. Sedangkan induk Stadia IV mempunyai ciri-ciri gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan sendirinya atau jika ada sedikit trigger. Oocyte bebas dan terdapat di seluruh dinding kantong gonad. Hampir semua oocyte berbentuk bulat dan berinti, dengan ukuran rata-rata 51.7 μm.

Informasi mengenai segala hal mengenai aspek biologi reproduksi kerang mutiara sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri budidaya mutiara, khususnya pemahaman terhadap perkembangan gonad dan dinamika populasinya di alam. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknik pembenihan dan perbaikan teknik penempatan inti bulat di dalam gonad pada budidaya mutiara. Hasil pengamatan Winanto et al. (2002) terhadap stadia kematangan gonad dan musim pemijahan P. maxima di Teluk Hurun, Lampung dari tahun 1996-2002 menunjukkan, bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan, namun stadia kematangan gonad penuh (TKG IV) hanya terjadi pada bulan Maret, Mei dan Agustus sampai Nopember. Gonad dalam masa istirahat (resting phase) terjadi pada bulan Desember, stadia I dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama tujuh tahun pengamatan, dicatat stadia perkembangan gonad tertinggi hanya sampai TKG II terutama pada bulan April dan Juni. Sedangkan TKG III terjadi pada bulan Januari-Maret dan Juli-Desember.

Beberapa jenis kerang mutiara dapat dijumpai matang gonad sepanjang tahun. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa musim pemijahan Pinctada spp terjadi setiap bulan sepanjang tahun. Musim puncak kematangan gonad identik dengan musim puncak pemijahan. Pada musim tertentu, induk kerang di alam yang telah dewasa akan bertelur. Telur-telur tersebut kemudian akan dibuahi oleh sel kelamin jantan (sperma) dan pembuahan terjadi secara eksternal di dalam air.

Telur yang telah dibuahi akan mengalami perubahan bentuk, mula-mula terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang merupakan awal proses pembelahan sel dan akhirnya menjadi multisel. Tahap berikutnya adalah fase trochophore, dengan bantuan bulu-bulu getar trochophore dapat berenang-renang dan bergerak berputar-putar. Beberapa jam kemudian trochophore akan berkembang menjadi veliger atau larva bentuk D, dengan ditandai tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Larva mulai makan dan tubuhnya telah ditutupi cangkang tipis.

Perkembangan selanjutnya adalah tumbuh velum, pada fase ini biasanya sangat sensitif terhadap cahaya dan sering berenang-renang di permukaan air. Selama stadia planktonis, larva biasanya berenang-renang dengan menggunakan bulu-bulu getar atau menghanyut dalam arus air. Pada saat mencapai stadia umbo secara bertahap cangkang juga ikut berkembang. Bentuk sepasang cangkangnya sama dan mantel sudah berfungsi secara permanen. Pada akhir stadia umbo, larva bergerak dengan menggunakan velum. Stadia pediveliger ditandai dengan berkembangnya kaki, gerakan-gerakan sederhana dari berenang sampai berputar-putar dilakukan dengan velum dan kaki. Setelah kaki berfungsi dengan baik velum akan menghilang, lembaran-lembaran insang mulai nampak jelas.

Proses pencarian tempat atau substrat untuk menempel dan menetap dimulai sejak larva mencapai stadia pediveliger. Pertumbuhan awal cangkang terlihat pada bagian tepi cangkang, bentuknya sangat tipis, transparan, tersusun oleh selaput tipis conchiolin. Pada waktu yang sama kelenjar bisus akan mensekresikan benang-benang bisus untuk menempel. Organ lain yang berkembang yaitu labial palp dan insang. Stadia pertumbuhan setelah pediveliger ini biasanya disebut Plantigrade Perkembangan akhir larva yaitu perubahan stadia plantigrade menjadi spat. Bentuk spat menyerupai kerang dewasa, mempunyai engsel, auricular depan dan belakang serta terdapat takik bisus pada bagian anterior. Cangkang sebelah kiri lebih cembung dari pada yang kanan. Spat-spat bisa menempel pada substrat dengan bantuan benang-benang bisus. Laju pertumbuhan dari stadia larva sampai spat pada satu tempat dan tempat yang lain berbeda-beda, tergantung dari faktor lingkungan.