Penyebaran teripang di sepanjang daerah tropis dan sub tropis yang bersuhu hangat. Di
daerah Indo-Pasifik yaitu mulai dari pulau di sebelah barat Samudera Hindia,
Pulau Mascarene di Afrika Timur, Australia Utara, Filipina, Cina, Singapura,
Malaysia, Thailand, Jepang, pulau-pulau di Pasifik selatan dan Kepulauan
Hawaii, termasuk di Indonesia. Bahkan penyebaran teripang Indonesia juga sangat
luas. Pada umumnya teripang tersebar mengikuti penyebaran pulau-pulau karang
(M’Boy 2014). Penyebaran teripang di Indonesia meliputi perairan pantai Aceh,
Bengkulu, Bangka, Riau dan daerah sekitarnya (bagian barat, timur dan selatan),
Kepulauan Seribu, Madura, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Papua. Sekitar 53 jenis teripang yang masuk ke dalam Genus
Holothuria, Actinopyga, Bohadschia, Labiodemas, Thelenota dan Stichopus terdapat
di perairan Indonesia (DKP 2004).
Jenis teripang yang bernilai ekonomis penting biasanya menempati dasar goba
(lagoon) dengan kedalaman 5 sampai 30 meter, sedangkan jenis teripang yang
memiliki nilai ekonomis sedang dan rendah menempati daerah yang dangkal seperti
padang lamun, daerah pertumbuhan algae dan rataan terumbu karang dengan
kedalaman kurang dari 2 meter. Biasanya teripang akan muncul di permukaan dasar
perairan pada malam hari terutama pada waktu menjelang pasang, yaitu untuk
keperluan mencari makan, pada siang hari teripang lebih suka membenamkan diri
di dalam pasir. Teripang umumnya hidup secara bergerombol, jenis Holothuria
scabra biasanya hidup berkelompok terdiri dari tiga sampai lima ekor (DKP
2004).
Penghasil teripang di Indonesia adalah daerah Sumatera (Riau, Lampung), Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua. Seiring dengan besarnya
potensi wilayah pantai/pesisir di Indonesia dan penguasaan teknologi budidaya
teripang saat ini, serta semakin meningkatnya permintaan pasar berdampak pada ikut
meningkatnya usaha budidaya teripang baik skala rumah tangga maupun dalam skala
industri. Namun, hingga akhir tahun 2014 pengembangan usaha budidaya teripang
masih belum dioptimalkan, akibat dari masih kurangnya dukungan dari pemerintah
baik Pusat maupun Pemda setempat. Dengan bergulirnya perdagangan bebas antar
negara Asean, Pemerintah perlu terlibat lebih aktif dalam mendukung
pengembangan budidaya teripang tersebut untuk mendongkrak daya saing petani
lokal, sehingga usaha budidaya teripang tersebut mampu untuk bersaing secara
nasional dan global. Diharapkan usaha budidaya teripang mampu menopang
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pesisir, sehingga berdampak pada
peningkatan ekonomi secara nasional (M’Boy 2014). Selama ini, teripang dari
Indonesia banyak diekspor ke Hongkong, Taiwan dan Singapura (Darsono 2005).
Sementara teripang kering yang telah diolah, banyak dijual ke Amerika, Canada,
Eropa, Taiwan, Korea, China, Australia, Malaysia dan beberapa negara lain.
Pemanfaatan teripang telah dimulai sejak lama terutama sebagai makanan. Bahkan tercatat
bahwa etnis Cina telah mengenal teripang sebagai makanan berkhasiat secara
medis sejak masa Dinasti Ming (Purwati 2005). Beberapa tahun terakhir
penelitian untuk mengisolasi zat bioaktif dari biota ini telah banyak
dilakukan. Liu et al. (2002) telah berhasil mengekstrak
glycosaminoglycans (GAGs) dari teripang jenis Metriatyla scabra. Senyawa
GAGs ini sangat potensial untuk mengurangi resiko terkena aterosklerosis
(timbunan zat lemak di dalam atau di bawah lapisan dinding pembuluh darah) dan
resiko hiperlipoproteinemia.
No comments:
Post a Comment