Friday, 8 January 2016

Penyebaran dan Habitat Teripang



Penyebaran teripang di sepanjang daerah tropis dan sub tropis yang bersuhu hangat. Di daerah Indo-Pasifik yaitu mulai dari pulau di sebelah barat Samudera Hindia, Pulau Mascarene di Afrika Timur, Australia Utara, Filipina, Cina, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, pulau-pulau di Pasifik selatan dan Kepulauan Hawaii, termasuk di Indonesia. Bahkan penyebaran teripang Indonesia juga sangat luas. Pada umumnya teripang tersebar mengikuti penyebaran pulau-pulau karang (M’Boy 2014). Penyebaran teripang di Indonesia meliputi perairan pantai Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan daerah sekitarnya (bagian barat, timur dan selatan), Kepulauan Seribu, Madura, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua. Sekitar 53 jenis teripang yang masuk ke dalam Genus Holothuria, Actinopyga, Bohadschia, Labiodemas, Thelenota dan Stichopus terdapat di perairan Indonesia (DKP 2004).

Jenis teripang yang bernilai ekonomis penting biasanya menempati dasar goba (lagoon) dengan kedalaman 5 sampai 30 meter, sedangkan jenis teripang yang memiliki nilai ekonomis sedang dan rendah menempati daerah yang dangkal seperti padang lamun, daerah pertumbuhan algae dan rataan terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 2 meter. Biasanya teripang akan muncul di permukaan dasar perairan pada malam hari terutama pada waktu menjelang pasang, yaitu untuk keperluan mencari makan, pada siang hari teripang lebih suka membenamkan diri di dalam pasir. Teripang umumnya hidup secara bergerombol, jenis Holothuria scabra biasanya hidup berkelompok terdiri dari tiga sampai lima ekor (DKP 2004).

Penghasil teripang di Indonesia adalah daerah Sumatera (Riau, Lampung), Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua. Seiring dengan besarnya potensi wilayah pantai/pesisir di Indonesia dan penguasaan teknologi budidaya teripang saat ini, serta semakin meningkatnya permintaan pasar berdampak pada ikut meningkatnya usaha budidaya teripang baik skala rumah tangga maupun dalam skala industri. Namun, hingga akhir tahun 2014 pengembangan usaha budidaya teripang masih belum dioptimalkan, akibat dari masih kurangnya dukungan dari pemerintah baik Pusat maupun Pemda setempat. Dengan bergulirnya perdagangan bebas antar negara Asean, Pemerintah perlu terlibat lebih aktif dalam mendukung pengembangan budidaya teripang tersebut untuk mendongkrak daya saing petani lokal, sehingga usaha budidaya teripang tersebut mampu untuk bersaing secara nasional dan global. Diharapkan usaha budidaya teripang mampu menopang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pesisir, sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi secara nasional (M’Boy 2014). Selama ini, teripang dari Indonesia banyak diekspor ke Hongkong, Taiwan dan Singapura (Darsono 2005). Sementara teripang kering yang telah diolah, banyak dijual ke Amerika, Canada, Eropa, Taiwan, Korea, China, Australia, Malaysia dan beberapa negara lain.

Pemanfaatan teripang telah dimulai sejak lama terutama sebagai makanan. Bahkan tercatat bahwa etnis Cina telah mengenal teripang sebagai makanan berkhasiat secara medis sejak masa Dinasti Ming (Purwati 2005). Beberapa tahun terakhir penelitian untuk mengisolasi zat bioaktif dari biota ini telah banyak dilakukan. Liu et al. (2002) telah berhasil mengekstrak glycosaminoglycans (GAGs) dari teripang jenis Metriatyla scabra. Senyawa GAGs ini sangat potensial untuk mengurangi resiko terkena aterosklerosis (timbunan zat lemak di dalam atau di bawah lapisan dinding pembuluh darah) dan resiko hiperlipoproteinemia.