Spons diklasifikasikan
ke dalam kingdom Animalia atau hewan, subkingdom Metazoa, dan filum Porifera.
Spons dimasukkan ke dalam filum Porifera dikarenakan seluruh tubuhnya yang
berpori dimana dalam bahasa Latin “Porifera” berarti memiliki pori
(Pechenik 2005). Spons memiliki 3 pembagian dasar struktur tubuh, yaitu
asconoid, syconoid dan leuconoid. Sebagian besar spesies spons memiliki
struktur tubuh leuconoid (M’Boy 2014). Berdasarkan komposisi kimia dan
morfologinya filum Porifera terbagi atas tiga kelas, yaitu: Calcarea,
Demospongiae, dan Hexactinellida. Namun saat ini telah diketahui kelas ke-4
dari filum ini, yaitu: Sclerospongia terdiri atas 16 spesies yang memiliki
struktur leuconoid dan hanya terdapat di bagian gua-gua dan celah-celah terumbu
karang yang gelap (Pechenik 2005).
Spons pada umumnya berwarna putih atau
abu-abu, dan ada pula yang berwarna kuning, jingga, merah, atau hijau. Spons
yang berwarna hijau biasanya disebabkan oleh adanya alga simbiotik yang disebut
sebagai zoochlorellae yang terdapat di dalamnya (Romimohtarto &
Juwana 1999). Warna spons tersebut sebagian dipengaruhi oleh fotosintesis
mikrosimbionnya. Mikrosimbion spons pada umumnya adalah cyanophyta
(sianobakteria dan eukariot alga seperti dinoflagellata atau zooxanthellae).
Beberapa spons memiliki warna yang berbeda walaupun termasuk dalam jenis yang
sama. Beberapa spons juga memiliki warna dalam tubuh yang berbeda dengan
pigmentasi luar tubuhnya. Spons yang hidup di lingkungan yang gelap akan
berbeda warnanya dengan spons sejenis yang hidup pada lingkungan yang cerah
(Wilkinson 1980).
Spons termasuk hewan filter feeder yang
menyaring air yang memasuki tubuhnya melalui pori-pori kecil yang disebut
sebagai ostia sebagai tempat masuknya air laut untuk bersirkulasi
melalui sejumlah saluran atau kanal dimana partikel-partikel plankton dan
organik akan dimakan dan disaring keluar kembali. Pori-pori tersebut dan sistem
kanal tersebut berfungsi untuk menyaring air setiap 5 detik (M’Boy 2014).
Kanal-kanal tersebut adalah choanocytes yang merupakan lapisan sel yang
terdapat pada bagian dalam mesohyl, sejajar dengan spongocoel. Sel ini memiliki
struktur yang menyerupai protozoa choanoflagelata. Choanocyte berbentuk bulat,
dengan satu ujungnya terhubung ke mesohyl. Partikel-partikel plankton dan organik
tersebut di pompa masuk menuju ruang makan yang lebih besar yang disebut
sebagai spongocoel. Sel choanocyte berperan dalam pergerakan air dalam tubuh
spons dan untuk menyediakan makanan (Rupert & Barnes 1994). Pada bagian
atas tubuhnya terdapat kanal yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air yang
disebut osculum dengan jumlah yang lebih sedikit daripada ostia.
Proses interaksi antara spons dan
mikroba simbionnya belum sepenuhnya diketahui. Beberapa teori mengemukakan
bahwa proses rekruitmen mikroba simbion dilakukan spons pada saat proses filter
feeder. Dikatakan bahwa spons mengandung komunitas mikroba yang beragam dan
kompleks, yang secara genetik berbeda dengan mikroba yang ditemukan di plankton
dan sedimen laut (Fieseler et al. 2004). Spons juga bersimbiosis dengan
beberapa mikroorganisme, seperti bakteri. Menurut Friedrich et al. (2001),
diperkirakan sekitar 40% biomassa beberapa spons disusun oleh komunitas
bakteri. Bakteri-bakteri tersebut merupakan simbion dalam tubuh spons. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa simbion-simbion tersebut memiliki peranan dalam
produksi senyawa bioaktif yang berfungsi dalam adaptasi ekologi spons (Proksch et
al. 2003; Thakur & Müller 2004; Ismet 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
selain mikroba episimbion yang melekat pada bagian permukaan spons selama masa
pertumbuhan, beberapa bakteri dan fungi diturunkan secara genetis dalam tubuh
spons (Ismet 2007). Telah diketahui bahwa mikroba simbion spons memiliki peran
menjaga kestabilan pertumbuhan dan kesehatan spons. Simbion-simbion tersebut
memiliki peran penting dalam penyediaan energi dan nutrisi (Ismet 2007),
beberapa spons hidup secara simbiosis dengan sianobakteria, yang berfungsi
sebagai penyuplai nutrien melalui proses fotosintesis (Sjögren 2006), menghambat
mikroba patogen, serta sebagai pelindung terhadap radiasi sinar UV dan
penghasil enzim antioksidan (Ismet 2007).