Ikan
kerapu merupakan jenis ikan karang yang hidup di perairan
terumbu karang. Dalam perdagangan internasional jenis-jenis ikan kerapu dikenal
dengan nama grouper. Terdapat sekitar 150 spesies ikan kerapu di seluruh
dunia yang tersebar di berbagai tipe habitat. Dari seluruh spesies yang ada,
ikan kerapu dikelompokkan dalam 7 genus dimana 3 diantaranya sudah berhasil
dibudidayakan dan termasuk jenis komersial, yaitu genus Cromileptes, Plectropomus
dan Epinephelus (Ahmad 2002).
Pada umunya ikan
kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m,
selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7-40
m. Telur dan larva ikan kerapu macan bersifat pelagis, sedangkan yang individu
muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan ikan kerapu muda
adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi
padang lamun (MandongaBoy 2014). Parameter lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada temperatur 24-31oC, salinitas
30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut >3,5 ppm dan pH 7,8-8. Perairan dengan
kondisi seperti ini pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
Aktivitas
mencari makan merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh semua jenis
ikan baik dengan menggunakan indera penglihatan, perabaan maupun penciuman.
Berdasarkan kebiasaan makan, secara garis besar ikan dapat diklasifikasikan
sebagai ikan herbivora, omnivora dan karnivora (Nybakken 1988). Ikan kerapu
adalah termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya “menggerus”. Jenis ikan
yang sering dimakan adalah ikan tembang, teri dan belanak. Pada umumnya ikan
karnivora mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek mangsa. Jari-jari
tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan menggilas
mangsa. Ikan karnivora mempunyai lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal
dan elastic (Effendie 2002).
Kebanyakan jenis
ikan komersial penting, termasuk jenis-jenis kerapu dan napoleon melakukan
aktivitas reproduksi dalam suatu pemijahan massal (spawning aggregation)
yang melibatkan puluhan hingga puluhan ribu individu (Sadovy 1996). Pemijahan
massal (spawning aggregation) adalah kelompok spesies ikan yang sama
yang berkumpul untuk tujuan pemijahan, dimana denstitas dan jumlah ikan secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas dan jumlah ikan di lokasi
agregasi tersebut pada saat tidak dalam masa reproduksi (Domeier & Colin
1997). Banyak ikan karang konsumsi berkumpul dalam jumlah besar pada lokasi,
musim dan fase bulan yang spesifik untuk memijah (Sadovy 1996). Pada umumnya
lokasi dan waktu agregasi selalu tetap pada jangka waktu yang lama sehingga
kumpulan ikan ini menjadi target yang mudah bagi aktivitas penangkapan musiman
(Sadovy 1997).
Jenis ikan
kerapu umumnya merupakan hermaprodit protogini (Shapiro 1987 dalam Levin
& Grimes 1991). Juvenil kerapu biasanya memiliki jenis kelamin betina, dan
individu jantan terbentuk pada saat betina dewasa berubah kelamin (Levin &
Grimes 1991). Selanjutnya Levin & Grimes (1991) menjelaskan bahwa
eksploitasi terhadap lokasi pemijahan massal akan berimplikasi secara nyata
terhadap ekologi reproduksi ikan kerapu. Jika individu yang lebih tua dan
berukuran besar lebih rentan terhadap penangkapan, maka proporsi jantan dalam
populasi akan menurun. Hilangnya individu dewasa menyisakan individu muda yang
belum memiliki pengalaman untuk melakukan pemijahan di lokasi pemijahan massal
tradisional seperti dilakukan pendahulunya, sehingga lokasi pemijahan massal
tersebut dapat menghilang pada akhirnya. Kalau pun lokasi pemijahan tersebut
masih berfungsi, penurunan jumlah individu jantan menyebabkan keterbatasan
sperma yang dapat mengganggu keberhasilan pemijahan (Shapiro et al. 1994).
Reproduksi dan
rekruitmen merupakan dua momen penting dan kritis dalam siklus hidup spesies
ikan. Sering, dalam proses ini melibatkan perpindahan antara wilayah, dan
beberapa spesies, melakukan migrasi ke daerah pemijahan utama (SEAFDEC 2006).
Kebanyakan populasi ikan kemudian menjadi rentan terhadap dampak aktivitas
penangkapan yang beroperasi di daerah pemijahan (spawning ground) dan di
daerah pengasuhan (nursery ground) dimana masing-masing terdapat stok
induk dan juvenil yang melimpah.